Jumat, 01 April 2011

wanita


Wanita sebagai kanca wingking? Benarkah?


“Wanita”. Persepsi apakah yang tergiang dalam benak Anda ketika mendengar kata tersebut? bernarkah peran wanita hanya sebagai kanca wingking?
Wanita adalah seorang perempuan dewasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Seolah-olah menjadi suatu daya tarik tersendiri ketika membicarakan tentang wanita. Banyak peran dan hal yang dapat dilakukan oleh wanita. Begitupula ada pepatah dibalik kesuksesan seorang pria pasti ada wanita didalamnya.
Secara real terdapat pemisah antara kedudukan dan peran antara pria dan wanita. Selayaknya ketabuan dalam masyarakat yang masih melekat bahwa tugas wanita hanya didapur sebagai ibu rumah tangga sesungguhnya. Anggapan tersebut masih mengikat didalam masyarakat, terlebih-lebih masyarakat Jawa bahwa wanita (seorang istri) harus manut dengan pria (suami). Hal tersebut sedikit banyak berpengaruh pada kedudukan dan peran wanita dalam kehidupannya. Secara objektif dapat dilihat dalam kehidupan bahwa wanita memiliki banyak ketertinggalan akibat dari adanya norma sosial dan budaya dalam masyarakat yang masih sangat melekat. Norma sosial dan budaya seakan menjadikan sosok wanita hanya sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan tugasnya hanya sebagai seorang ibu rumah tangga, disisi lain kedudukan dan peran pria sebagai kepala rumah tangga dan mencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya.
Sungguh sangat ironi kalau tolok ukurannya hanya perbedaan kedudukan dan peran diantara keduanya. Wanita mempunyai peran yang sangat kompleks dalam kehidupan. Wanita adalah sebagai pencetak generasi baru, sehingga suatu negara dapat berkembang ataupun sukses juga memerlukan peran besar wanita didalamnya.
Pemikiran masyarakat mengenai wanita mulai ada titik perkembangan. Yaitu bersamaan adanya emansipasi wanita. Hal pertama digebrakkan oleh Kartini yang tak lain seorang wanita yang cerdas yang menjadi pelopor adanya emansipasi wanita, dengan pemikiran-pemikirannya beliau menguak sisi lain dari wanita yang termarginalkan. Kini, wanita tak lagi hanya sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak, dan berbakti kepada suami. Namun wanita bisa bersekolah setinggi-tingginya sesuai dengan bakat dan minatnya. Bahkan tak jarang sekarang dapat dilihat seorang wanita (istri) bekerja bersama-sama dengan suaminya. Hal tersebut adalah sebagai awal kesadaran wanita tentang persamaan hak antara wanita dan pria (gender). Begitu pula pendiri-pendiri negarapun melalui konstitusi (UUD1945) telah menyatakan dengan jelas bahwa persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara baik pria maupun wanita. Selain itu juga diperkuat dengan kondisi hubungan kedudukan antara pria dan wanita. Sehingga memang sudah selayaknya wanita mendapatkan kedudukan yang sama baiknya seperti halnya pria.
Emansipasi menjadikan wanita lebih memiliki peranan yang luas dalam segala segi kehidupan. Setelah adanya Kartini, kini Kartini-Kartini lainpun bermunculan untuk memperlihatkan peranannya yang tak hanya memiliki tugas didapur. Misalnya seorang tukang becak wanita, supir wanita, dosen, polwan, dll. Ini adalah bentuk nyata bahwa wanitapun telah memiliki kesamaan yang sama dengan laki-laki dalam segi pekerjaan. Namun yang harus diingat oleh seorang wanita bahwa dia harus tetap pada kodratnya sebagai wanita sejati yaitu berbakti kepada suami, dan anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar