Sabtu, 09 April 2011

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA


Perkembangan merupakan pola-pola perubahan yang terjadi sepanjang hayat, yakni dimulai dari masa konsepsi dan berlangsung terus sampai dengan sepanjang hidup manusia. Perkembangan terjadi dalam berbagai ranah, seperti biologi (perubahan jasmani), sosial  (perubahan hubungan sosial), emosional (perubahan proses pengalaman dan pemahaman emosional), dan kognitif (perubahan proses kognitif). Anak-anak menggunakan kecakapan kognitif dan bahasanya untuk bernalar dan memecahkan masalah. Misalnya, belajar hubungan antara hal, atau mengklasifikasikan objek, merupakan kemampuan yang penting bagi perkembangan kognitif anak. Proses kognitif dalam mempelajari bagaimanakah buah apel dan jeruk itu sama adalah dimulai dari proses berpikir sederhana (kongkrit) dalam menggambarkan kedua buah tersebut.

A.    Perkembangan Kognitif
1.      Perkembangan Kognitif menurut pandangan Piaget
1.1  Konsep kunci
Piaget dalam pandangannya mengemukakan 4 konsep pokok perkembangan kognitif yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
·         Skema : menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.
Misalnya : anak memiliki skema mengenai jenis binatang, misalnya kambing. Apabila anak tersebut hanya memiliki pengalaman bahwa kambing itu kecil, maka dia akan menggeneralisasikan bahwa semua kambing itu binatang kecil. Namun seandainya anak itu menghadapi kambing yang besar, maka ia dapat memodifikasi skema yang telah dimilikinya, sehingga ia dapat mengatakan bahwa kambing itu ada yang besar dan ada yang kecil.
·         Asimilasi : proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.
·         Akomodasi : proses mengubah skema menjadi informasi baru.
·         Ekuilibrum : menjelaskan bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan berpikir ke tahapan berpindah berikutnya.
1.2  Tahap-tahap perkembangan kognitif
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget mencakup tahap : sensorimotorik, praoperasional, operasional.
1.      Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Piaget membagi tahap sensorimotorik menjadi sub-tahap sebagai berikut :
Sub-tahap
           Usia
               Deskripsi
Reflek sederhana
Lahir sampai 1 bulan
Koordinasi penginderaan dan tindakan melalui perilaku reflektif
Tahap reaksi sirkuler primer dan kebiasaan pertama
1-4 bulan
Koordinasi penginderaan dua jenis skema, yaitu : kebiasaan (refleksi) dan reaksi melingkar primer (reduksi peristiwa yang pada mulanya terjadi karena kebetulan). Fokus utamanya masih terdapat pada tubuh bayi.
Masa reaksi sirkuler sekunder
4-8 bulan
Perkembangan kebiasaan, bayi menjadi berorientasi pada objek, bergerak keluar dari kebiasaan yang mengasikan, dan mengulang-ulang kegiatan yang membawa hasil yang menarik dan menyenangkan.
Koordinasi tahap sirkuler sekunder
8-12 bulan
Koordinasi penglihatan dan sentuhan(koordinasi mata dengan kesengajaan dalam bertindak.
Reaksi sirkuler tertier, baru, dan ingin tahu
12-18 bulan
Bayi dibangkitkan minatnya oleh karakteristik objek dan oleh beberapa benda yang dapat dijadikan sebagai objek, dan mencoba perilaku baru.
Internalisasi skema
18-24 bulan
Bayi mengembangkan kemampuan menggunakan symbol primitive dan membentuk representasi mental yang abadi.

2.      Praoperasional (2-7 tahun)
Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentries dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu simbolik dan intuitif.
a.       Sub-tahap simbolis (2-4 tahun)
Pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunakan bahasa  mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme dan animisme.
b.      Sub-tahap intuitif (4-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional.
3.      Tahap Operasional (7-15 tahun)
a.       Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan mempunyai kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak.
b.      Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Anak juga mampu berpikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi, sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan cita-citanya.
1.3   Impikasi pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk dasar pertimbangan tatkala mengajar :
a.       Tatkala guru hendaknya menyadari bahwa siswa remaja yang belum dapat mencapai tahap berpikir operasional formal secara sempurna.
b.      Kondisi pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya.
c.       Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih banyak mengarahkan pada konstruktivisme.
d.      Setiap akhir pembelajaran dalam satu pokok bahasan, siswa diminta untuk membuat map mind
2.      Perkembangan Kognitif menurut pandangan Bruner
2.1  Konsep kunci
Jerome Bruner dalam menyusun teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal sebagai berikut :
a.       Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus. Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus.
b.      Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita, dan untuk memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
c.       Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan. Dalam hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri.
d.      Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif.
e.       Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f.       Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.
2.2   Tahap-tahap perkembangan
Bruner memahami karakteristik perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu. Berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak dan pada akhirnya ia memiliki keyakinan bahwa ada tiga tahap perkembangan kognitif yang meliputi tahap enaktif, tahap ekonik, dan tahap simbolik.
·         Tahap enaktif.
Pada tahap ini anak memahamai lingkungannya. Misalnya tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda, namun pada tahap ini anak memahami objek sepeda berdasarkan pada apa yang dilakukannya, misalnya dengan memegang, menggerakkan, memukul, menyentuh dan sebagainya.
·         Tahap ikonik.
      Pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri.
·         Tahap simbolik.
Pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual sudah berkembang. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat.   
2.3   Implikasi terhadap pembelajaran.
      Berikut disampaikan beberapa implikasi pembelajaran yang diperoleh dari temuan tentang perkembangan kognitif :
a.       Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa.
b.      Anak terutama pada pendidikan anak usia dini dan anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari.
c.       Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
3.      Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky.
3.1  Pandangan tentang perkembangan kognitif
Ada tiga konsep yang dikembangkan dalam teori Vygotsky (Tappan, 1998) :
1.      Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental. Penggunaan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya.
2.      Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan menstraformasi aktifitas mental. Pemahaman terhadap fungsi-fungsi kognitif dengan cara memeriksa alat yang memperantarai dan membentuknya membuat Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting (Robbin, 2001). Vigotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal (early childhood), bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem.
3.      Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural ( Holland, dkk., 2001)
·         Zone of proximal developmental (ZPD) adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. ZPD menurut Vigotsky menunjukkan akan pentingnya pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak ( Hasse, 2001).
·         Scaffolding, erat kaitannya dengan ZPD, yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau siswa yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja siswa yang telah dicapai.
·         Bahasa dan Pemikiran. Vigotsky berkeyakinan bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk berkomunikasi saja, melainkan juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri.
3.2   Implikasi dalam pembelajaran
Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran adalah :
a.       Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran. Implikasinya guru lebih akurat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu memberikan bimbingan pada siswa.
b.      Untuk mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
c.       Dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri sehingga mereka dapat mencapai keahlian batas atas ZPD. 
Kesimpulan
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf pusat susunan syaraf.
Ada 3 penjelasan mengenai perkembangan kognitif menurut para ahli, yang meliputi:
a.       Jean Piaget,
mengemukakan konsep pokok perkembangan kognitif yang meliputi Skema, Asimilasi, Akomodasi, dan Ekuilibrium.
b.      Jerome Bruner
Mengemukakan teori perkembangan kognitif meliputi 6 hal:
·     Perkembangan intelektual yang ditandai variasi respon terhadap stimulus.
·     Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual
·     Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan
·     Interaksi antara siswa dengan guru bagi perkembangan kognitif
·     Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif
·     Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan simultan
c.       Vygotsky
Ada 3 konsep yang dikemukakannya dalam teori ini, yaitu:
*  Keahlian kognitif dapat dipahami jika dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental
*  Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus
*  Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan sosiokultural
Sedangkan perkembangan bahasa sendiri diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyususn tata bahasa dan memilih ukuran penilaian secara tepat. Proses perkembangan bahasa dapat dijelaskan melalui 2 pendekatan, yaitu Navistik dan Empiristik.

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Akhmad dan Catharina, Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Diana, S.Pd. 2009. Metode Perkembangan Kognitif dan Kreativitas. Semarang: UNNES.

Wujud Kebudayaan Dalam Ritual Baratan di Jepara


1.1  Latar Belakang

Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang diperolehnya dengan cara belajar. Dalam pengalaman dan proses belajar, manusia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai simbol-simbol. Dengan adanya simbol-simbol tersebut, kebudayaan dapat dikembangkan karena suatu peristiwa atau benda dapat dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan menggunakan satu istilah saja (Yan Mujianto.dkk, 2010: 4).
Kebudayaan sangat erat dengan masyarakat. Menville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski (dalam Yan Mujianto.dkk, 2010: 2) mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki manusia itu sendiri. Masyarakat Indonesia misalnya memiliki kebudayaan yang sangat beranekaragam. Masing-masing pulau dan suku yang ada di Indonesia memiliki karakteristik budaya tersendiri, yang merupakan ciri masing-masing daerah tersebut.
Berkaitan dengan kebudayaan yang ada dimasyarakat, dalam hal ini penulis akan membahas tentang salah satu unsur kebudayaan yang berada di daerahnya. 

2.1  Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1.      Menville J. Herskovits (dalam Yan Mujianto.dkk, 2010: 10) menyebutkan bahwa kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu:
a.       alat-alat teknologi
b.      sistem ekonomi
c.       keluarga
d.      kekuasaan politik
2.      Bronislaw Malinowski (dalam Yan Mujianto.dkk, 2010: 10) mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a.       sistem norma yang memnungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b.      organisasi ekonomi
c.       alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan ( keluarga adalah lembaga pendidikan utama )
d.      organisasi kekuatan
3.      Koentjaraningrat (2002: 2) mengatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan yang universal terbagi menjadi 7 yaitu:
a.       sistem religi dan upacara keagamaan
b.      sistem dan organisasi kemasyarakatan
c.       sistem pengetahuan
d.      bahasa
e.       kesenian
f.       sistem mata pencaharian hidup
g.      sistem teknologi dan peralatan
2.2 Ketiga wujud kebudayaan yang ada dalam ritual baratan didaerah Kalinyamatan Jepara.
Ritual Baratan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban atau Ruwah/ bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk, maka ritual Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi diri.
Baratan berasal dari kata arab baratan yang berarti terbebas (dari kekhilafan) setelah memohon ampun. Hal-hal yang perlu ada dalam ritual Baratan ini adalah:
a.         Makanan Puli
Yaitu semacam gendar yang terbuat dari nasi. Puli berasal dari Bahasa arab yaitu afwu lii, yang berarti maafkanlah aku.  
b.         Lampu lampion
Lampionnya dapat berupa: Impes yaitu jika berbentuk silinder dan berkerut, bentuk-bentuk binatang, dan berupa bus, pesawat, ataupun yang lain.
Dalam hal ini makanan puli dan lampu lampion merupakan syarat yang harus ada dalam ritual Baratan. (http://tradisi-baratan-di-jepara-ada-pawai-lampion.htm)
Menurut Koentjaraningrat (2002: 5) wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1.    Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2.    Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.    Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama kebudayaan yang berupa gagasan yaitu Baratan merupakan tradisi yang mengangkat pernik kehidupan di masa pemerintahan Ratu Kalinyamat dan Suaminya Sultan Hadirin. Para tetua mempunyai gagasan bahwa tradisi Baratan ini harus selalu ada karena mengandung nilai sosial budaya yang tinggi, terdapat pelajaran dan hikmah didalamnya sehingga dapat dijadikan pijakan menjadi manusia yang lebih baik.
Wujud kedua kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai kelakuan berpola dari manusia. Sistem ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari tahun ke tahun dan berpola gotong-royong, toleransi, serta saling membantu untuk mempersiapkan dan menjaga kelangsungan tradisi Baratan tersebut.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan sifatnya paling konkret. Dalam hal ini kebudayaan berupa makanan puli, lampu-lampu lampion, dan arak-arakan Ratu Kalinyamat. 
Ketiga wujud kebudayaan tersebut sangat erat kaitannya dan tidak dapat terpisahkan. Contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan ( aktivitas ) dan benda-benda hasil karya manusia.

3.1  Simpulan

Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang diperolehnya dengan cara belajar. Unsur-unsur kebudayaan menurut Menville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski dibedakan menjadi 4, sedangkan menurut koentjaraningrat dibedakan menjadi 7 unsur universal.
Wujud pertama kebudayaan dalam ritual Baratan yaitu pemikiran para tetua bahwa tradisi Baratan ini harus selalu ada karena mengandung nilai sosial budaya yang tinggi, terdapat pelajaran dan hikmah didalamnya sehingga dapat dijadikan pijakan menjadi manusia yang lebih baik.
Wujud  kedua kebudayaan dalam ritual Baratan yaitu mengenai kelakuan berpola dari manusia.
Wujud ketiga kebudayaan dalam ritual Baratan yaitu berupa makanan puli, lampu-lampu lampion, dan arak-arakan Ratu Kalinyamat. 

3.2  Saran

Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap semoga dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai unsur-unsur kebudayaan dan wujud kebudayaan yang ada dalam ritual Baratan.  Selain itu penulis juga memberikan saran kepada warga masyarakat Kalinyamatan dan pembaca agar dapat menjalankan dan mempertahankan tradisi/ritual yang telah ada dengan sebaik-baiknya untuk menjaga kelestariannya serta menumbuhkan rasa iman dan takwa kepada Allah tanpa ada rasa syirik dan melenceng dari nilai-nilai agama.

DAFTAR PUSTAKA

Mujianto, Yan.dkk.  2010. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tresno. Baratan. http://BARATAN%20%C2%AB%20Tresno%20Atine.htm (diunduh 4 November 2010).