Sabtu, 09 April 2011

Semantik Budaya Dalam Upacara Adat Grebeg Besar di Daerah Demak


1.1  Latar Belakang

Semantik adalah studi suatu pembeda bahasa dengan hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (Ency Brintanica,1965).  Hubungan antara bahasa dan proses mental dapat dinyatakan dengan beberapa cara. Ada yang menyatakan bahwa proses mental tidak perlu dipelajari karena membingungkan adapula yang menyatakan harus dipelajari secara terpisah. Lepas dari sematik tanpa menyinggung proses mental, tanpa menyinggung hal tersebut seseorang dapat mengerti sesuatu yang terjadi melalui bahasa.
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi. Hubungan semantik dengan tataran ilmu yang lain menghasilkan suatu ilmu baru. Misalnya saja hubungan semantik dengan sosiologi yang menghasilkan ilmu semantik sosiologi. Begitupula semantik dengan budaya yang ada dimasyarakat menghasilkan semantik budaya.
Negara Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam. Tiap suku dan daerah memiliki budaya dan karakteristik masing-masing. Begitu pula dengan upacara adat, tiap daerah memiliki adat atau upacara yang berbeda-beda dengan fungsi-fungsi tertentu didalamnya.
Upacara-upacara yang ada dimasyarakat sangat bervariatif. Misalnya saja upacara Grebeg Besar yang memiliki makna dan fungsi tertentu didalam masyarakat. Untuk dapat mengetahui makna dan fungsi yang terdapat dalam upacara adat Grebeg Besar tersebut. Baiklah jika ada kajian mengenai upacara tersebut. Untuk itu, penulis akan berusaha mengkaji mengenai semantik budaya dalam upacara adat Grebeg Besar di daerah Demak.

2.1  Pengertian Semantik dan Hubungan Semantik dengan Semantik Budaya

Secara etimologis, semantik merupakan istilah dalam bahasa Indonesia. Istilah semantik berasal dari bahasa Inggris yaitu Semantics.  Kedua istilah itu (Semantik dan Semantics) bila dilihat bentuknya masih menunjukkan kemiripan. Kemiripan tersebut memang benar, karena keduanya tidak persis sama. Apabila dilihat perubahannya, maka istikah dari bahasa Inggris itu mengalami perubahan bentuk setelah menjadi bahasa Indonesia. Adapun makna yang didukungnya yaitu menunjukkan kesamaan. Semantik berarti ilmu kata (pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata-kata) (KUBI, 1985), dan semantics=the study of meaning ( Websterts Third New International Dictionary ).
Beberapa pendapat ahli mengenai semantik adalah sebagai berikut.
1.    Semantik adalah cabang sistemik bahasa yang menyelidiki makana kata atau arti ( Verhar, 1983: 9 ).
2.    Semantik adalah ilmu kata ( Fokker, 1985 ).
3.    Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata meneliti makna kata, bagaimana mula-mulanya, bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa ( Muljana, Slamet, 1964: 1 ).
4.    Semantik adalah tata bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari suatu kata ( Keraf, Gorys, 1984: 129 ).
5.    Harimurti Kridalaksana (1982: 149) mengatakan bahwa Semantik adalah
a.       Bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu perkataan.
b.      Sistem penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.
6.    Semantik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah makna ( Sarju SM, 1982: 98 ).
7.    Semantik adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki makna kata-kata umumya, tetapi juga arti kata-kata dalam berbagai bahasa tertentu dan juga perkembangan-perkembangan antara arti-arti ttu dan perubahan arti kata-kata itu dari zaman ke zaman ( Ensiklopedi Indonesia, Sandung hal.1230 ).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa semantik adalah kajian mengenai makna satuan lingual (kata atau kalimat), dengan satuan analisisnya berupa arti atau makna.
Dalam kenyataannya, pengertian semantik tidak hanya menjadi perhatian dalam linguistik saja, namun ilmu semantik juga telah dimanfaatkan oleh ilmu lain (selain linguistik). Hubungan Semantik dengan tataran Ilmu Sosial lain
berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan dengan Ilmu sosial, seperti sosiologi dan antropologi. Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi.
Semantik secara luas dapat ditemukan adanya semantik budaya. Semantik sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna kata atau kalimat. Sedangkan Kebudayaan merupakan seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan karena itu hanya bisa dicetuskannya setelah melalui suatu proses belajar.
Sehingga Semantik budaya yaitu Semantik yang mempelajari tentang budaya yang ada di dalam suatu masyarakat. Semantik dianggap berkepentingan dengan kultural/ budaya dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa melalui budaya suatu masyarakat penuturnya.
Misalnya Upacara adat Grebeg Besar, Sedekah Bumi, Sedekah Laut, dan lain-lain.
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat digunakan untuk menganalisi bahasa lain.
2.2 Asal mula diadakannya Upacara adat Grebeg Besar di daerah Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama dipulau jawa dengan rajanya Raden Fatah. Disamping sebagai pusat pemerintahan, Demak sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam dipulau Jawa. Bukti peninggalan sejarah masih berdiri dengan kokoh sampai sekarang, yaitu Masjid Agung Demak.
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dimulai pada abad XV dan dipelopori oleh Wali Sanga, bahkan salah satu wali tersebut bermukim sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di Kadilangu Demak, yaitu Sunan Kalijaga. Menurut cerita, Kadilangu semula adalah daerah perdikan sebagai anugrah dari Sultan Fatah kepada Sunan Kalijaga atas jasa-jasanya dalam mengembangkan agama Islam dan memajukan kerajaan Demak.
Berbagai upaya dilakukan oleh para Wali dalam menyebarluaskan agama Islam. Berbagai halangan dan rintangan menghadang, salah satu diantaranya adalah masih kuatnya pengaruh Hindu dan Budha pada masyarakat Demak pada waktu itu. Pada akhirnya agama Islam dapat diterima masyarakat melalui pendekatan pendekatan para Wali dengan jalan mengajarkan agama Islam melalui kebudayaan atau adat istiadat yang telah ada. Setiap tahun Kabupaten Demak memiliki kegiatan Grebeg Besar yang rutin dilakukan dalam rangka memelihara kebudayaan leluhur. Tak bisa disangkal lagi bahwa kegiatan tersebut mampu membangkitkan semangat dan kebanggaan warga Kabupaten Demak. Karena dari kegiatan tersebut terpancar akan kejayaan Kerajaan Demak pada masa lalu. Sehingga tidak mengherankan jika kemudian upacara Grebeg Besar masih berlangsung sampai saat ini dan menjadi semacam ritual yang selalu di nantikan orang,  tidak hanya oleh warga Kota Wali sendiri tetapi juga oleh masyarakat luar daerah.
Menurut data sejarah, tradisi Grebeg Besar sebenarnya pada awalnya tidak hanya sekali setahun pada saat Idul Adha. Semula ada empat Grebeg Besar, yaitu Grebeg Maulid, Grebeg Dal, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar.  Kegiatan yang masih berlangsung adalah Grebeg Besar yang sampai sekarang masih menjadi bagian tradisi bernilai ’’jual’’. Sementara di luar Kabupaten Demak ada peristiwa sejenis di Solo, Yogyakarta, dan Cirebon.
2.3  Makna yang terkandung dalam upacara adat Grebeg Besar yang diadakan di daerah Demak dalam kaitannya dengan Semantik Budaya
Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Pada waktu itu, dilingkungan Masjid Agung Demak diselenggarakan pula keramaian yang disisipi dengan syiar-syiar keagamaan, sebagai upaya penyebarluasaan agama Islam oleh Wali Sanga. Sampai saat ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan.
Prosesi Grebeg Besar Demak (Rangkaian Kegiatan) meliputi.
·       Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga
Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak. masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.
·       Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah
Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga.
Pasar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan /hiburan.
·       Selamatan Tumpeng Sanga
Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng tersebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT. Acara selamatan tersebut diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa. Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.
Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan terebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.
·       Sholat Ied (Idul Fitri)
Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.
·       Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga
Setelah selesai Sholat Ied di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap kali berdakwah.
Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai berikut, agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan ingkang Maha Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise iku kukut, agemanku jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.
 Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan “Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri. Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak. Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan mengendarai kereta berkuda.
Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah benar. Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati.
Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar Demak.
Makna yang terdapat dengan diadakannya upacara Grebeg Besar dalam kaitannya dengan semantik budaya adalah sebagai berikut:
a.    Suatu bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta dengan meningkatkan iman dan takwa.
b.    Bentuk penghargaan terhadap para pendahulu yang telah berjasa kepada daerah Demak.
c.    Memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh masyarakat diberi ketentraman dan kelancaran dalam melaksanakan tugasnya.
d.   Terjaganya dua kaidah dasar dalam kehidupan masyarakat Jawa yaitu Prinsip Rukun, dan Hormat. Prinsip rukun, yaitu untuk mewujudkan dan mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis, yaitu tenang, selaras, tenang, tentram, dan bersatu saling membantu. Dan prinsip hormat yaitu saling menghormati dalam kehidupan, dan mengatur pola interaksi sosial dalam masyarakat Jawa.
e.    Umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.
f.     Dalam acara Tumpeng Sembilan selalu di penuhi oleh warga masyarakat yang ingin ngalap  berkah dengan mengharap mendapat bagian dari tumpeng yang dibagikan tersebut. Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah diadakan acara penjamasan Kutang Ontokusuma yang di mulai setelah selesai  Shalat Idul Adha. Khusus untuk acara penjamasan Kutang Ontokusuma melalui prosesi arak-arakan Prajurit Patang Puluhan yang berjalan dari Pendopo Kabupaten Demak menuju Kadilangu sejauh 2,5 km. Ini adalah Sebuah hal yang sangat menarik karena merupakan suatu gambaran yang nyata peristiwa menyatunya pejabat dengan rakyat dalam satu tempat sehingga tampak sebuah kerukunan dan kebersamaan langkah untuk menggapai cita- cita.
g.    Bila zaman dahulu diadakan ritual mampu menghilangkan  marabahaya, maka untuk saat ini pandangan tersebut perlu diubah menjadi sebuah konsep yang modern, yaitu mencari alternatif penyelesaian masalah dengan cara koordinasi  dan konsolidasi pemerintah dengan masyarakat.
h.    Menjaga watak religius masyarakat Kabupaten Demak yang selalu menghormati ajaran dan tradisi leluhur, khususnya para Wali tentang keimanan dan ketakwaan. Bukan hanya sekadar menjalankan ajaran wajib dalam agama tetapi juga tradisi dan budaya Islami yang di kembangkan para Wali untuk menarik perhatian dan membawa masyarakat waktu itu untuk mengikuti ajaran yang mereka sebarkan.
i.      Ada kepercayaan pameo yang mengatakan, barang siapa menghadiri Grebeg Besar Demak tujuh kali berturut-turut, sama nilainya dengan telah melaksanakan Ibadah Haji.

3.1  Simpulan

Upacara Grebeg besar di daerah Demak diadakan setiap tanggal 10 Dzulhijah. Dalam pelaksanaan upacara tersebut terdapat makna-makna didalamnya. Yaitu salah satunya sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Makna-makna dalam budaya tersebutlah yang dikaji penulis dalam makalah ini. Berkaitan dengan hal diatas, penulis mengkaji Grebeg besar dalam tataran Semantik Budaya. Semantik dan Budaya dapat berdiri sendiri-sendiri. Namun, Semantik juga berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, salah satunya adalah dengan budaya/kultur suatu masyarakat sehingga terwujud Semantik Budaya. Semantik Budaya yaitu cabang linguistik yang mengkaji makna yang ada dalam budaya didalam suatu masyarakat tertentu.

3.2  Saran

Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap semoga dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai Grebeg Besar.  Selain itu penulis juga memberikan saran kepada seluruh warga khususnya masyarakat Demak dan pembaca agar dapat menjalankan dan mempertahankan tradisi yang telah ada dengan sebaik-baiknya dengan menumbuhkan rasa iman dan takwa kepada Allah tanpa ada rasa syirik dan melenceng dari nilai-nilai agama.



DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan Kabupaten Demak.
Widodo. 2007. Handout Semantik Bahasa Jawa .
Fokker. 1985. Semantik (Semasiologi). Yogyakarta: IKIP Sanata Darma.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.
Sardju. 1982. Pengantar Linguistik Umum. Surakarta: Fakultas Sastra UNS.
Muldjana, Slamet. 1964. Semantik (Ilmu Makna). Jakarta: Djambatan.
Verhaar. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.
Jamal, Blog. 2008. Grebeg Besar Demak. http://www.kudusterkini.com/Lomba-Menulis/tradisi-grebeg-besar-di-kabupaten-demak.html. (dinduh Selasa, 30 November 2010 pukul 12.10 WIB).
Morisan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
(diunduh Kamis, 2 Desember 2010 pukul 09.38).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar