Jumat, 15 Juli 2011


 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping memperoleh pengalaman yang sebelumnya mungkin tidak terpikir bahkan membayangkannya. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting guna menuangkan ide pokok pikiran, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Ketika seseorang mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan melainkan juga harus ada pemahaman. Dengan adanya pemahaman, maksud dan tujuanpun akan tersampaikan secara jelas. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata makna tetapi karena berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat pemakai bahasa itu, seperti pendidikan, agama, bidang kegiatan, profesi, serta latar belakang budaya daerah maka bahasa itu tidak seragam benar. Bahasa itu menjadi beragam (Chaer, 2006: 3).
Analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (2001:  231) mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan lingual tertinggi atau terbesar. Lebih lanjut diterangkan, wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang untuh (novel, buku, dan, sebagainya), paragrap, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Dalam cerkak Aku Ora Mentala, Pak dalam majalah Panjebar Semangat No. 46 ini terdapat banyak sekali hal-hal yang masuk dalam kajian analisis wacana baik aspek gramatikal leksikal. Beberapa sampel data telah diambil dan dikaji, yang akan dipaparkan pembahasannya pada bagian berikut.

2.1  Aspek Gramatikal

a.      Referensi (Pengacuan)
Referensi atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Referensi (pengacuan) ada tiga macam, yaitu pronomina persona, pronomina demonstratif, dan pengacuan komparatif. 
1) Pronomina Persona
Dalam cerpen ini banyak sekali dimunculkan suatu pengacuan persona, seperti pada data berikut.

(1)               “Bab keperluwan, dirembug mbesuk Minggu ngarep yen sliramu tindak omahku.

Penggunaan kata -ku yang diucapkan oleh tokoh Bu Adi pada kata omahku, mengacu pada dirinya (Bu Adi).

(2)               “Mboten menapa-menapa jeng, kula pancen daya-daya kepengin enggal pinanggih panjenengan.” Dhawuhe Pak Adi sekaliyan.

Berdasarkan pada data (2), kata jeng dan panjenengan yang diucapkan oleh tokoh pak Adi yang mengacu pada diri tokoh bu Diono.
(3)               “Jeng, Jeng! Panjenengan rak kersa ta kula anggep dados adhik kula?” Dhawuhe Bu Adi sumanak.

Pada data diatas terdapat kata jeng, panjenengan, dan adhik kula yang mengacu pada diri tokoh bu Diono.

(4)               “Adhuh, Panjenengan sekaliyan kersa nganggep dalem minangka adhik? Begja kemayangan sanget kula!” Ature Bu Diono.

Pada dialog data (4) terdapat kata panjenengan yang diucapkan oleh tokoh bu Diono mengacu kepada bu Adi. Dan juga pada dialog itu tokoh bu Diono menggunakan kata ganti adhik dan kula untuk mengganti dirinya.

2)      Pronomina Demonstratif
Referensi (pengacuan) yang berupa pronomina demonstrative dalam cerkak Aku Ora Mentala, Pak dalam majalah Panjebar Semangat Edisi 46 yaitu:

(5)               Dina Minggu candhake Bapak Ibu Adi Sujono, didherekake Ana-Ani, tindak menyang daleme Ibu Diono watara jam 09.00 esuk. Ibu Diono gita-gita mapagake lan matur:
“Adhuh, Bapak Ibu Adi kok tindak mriki rumiyin. Mesthinipun rak dalem ingkang kedah sowan mrika rumiyin, ingkang enem!”

Pada data (5) terdapat pronomina demonstratif waktu yaitu kata mriki yang mengacu pada rumahnnya bu Diono dan mrika yang mengacu pada rumahnya Bapak Ibu Adi.

3)      Pronomina Komparatif
Pengacuan komparatif juga tampak dalam cerita ini. Seperti terlihat dalam data berikut.

(6)               “Manawi Diani panjenengan pundhut, mesthi seneng, jalaran lajeng kopen. Nyuwun punapa-punapa keturutan. Kosok wangsulipun Ani, wonten kula mesthi sisah sanget, awit nyuwun punapa-punapa mesthi boten badhe saged keturutan, rak inggih sarwa memelas.


Dalam rangkaian kalimat tersebut terlihat adanya suatu tuturan yang bermaksud membandingkan antara Diani dan Ani.

b. Pelesapan (elipsis)
Pelesapan atau elipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan lingual yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat.
Dalam cerkak ini terdapat beberapa pelesapan (elipsis) yang dimunculkan. Contohnya pada data (7) berikut “Mulane Jeng, bareng aku yakin yen Diani ya putramu kuwi (jalaran wis kok openi kawit bayi) iku saktemene putraku, kembarane si Ana. Dalam dialog itu ada kata yang sebenarnya ada tetapi tidak dimunculkan yaitu (jalaran wis kok openi kawit bayi). Kata yang terdapat di dalam kurung adalah kata-kata yang dilesapkan. Hal tersebut memunculkan suatu keefektifan suatu pertuturan.

c.    Perangkaian (konjungsi)
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana. Unsur yang dirangkai dapat berupa satuan lingual kata, frasa, klausa, kalimat, dan dapat juga berupa unsur yang lebih besar dari itu, misalnya alinea dengan pemarkah lanjutan, dan topik pembicaraan dengan pemarkah alih topik atau pemarkah disjungtif.
Penggunaan konjungsi sangat banyak sekali digunakan dalam naskah ini. Terdapat konjungsi pertentangan, pengecualian, tujuan, harapan dan sebagainya. Cukup banyak terlihat penggunaan berbagai penggunaan jenis konjungsi. Untuk contohnya pada data berikut.
(8)               “Aku karo Ani, sing maune dak anggep kembarane Ana, sing sejatine Ani iku putramu, rehne wis dak openi wiwit bayi cenger ya ora mungkin bisa pisah. Rasane wus ora beda karo rasaku marang Ana. Dene titikane yen iku putramu, priksanana praenane Ani rak 90% kapara luwih, padha karo pasuryane almarhum keng raka Dhik Diono.”
(9)               “Mboten ta Kangmas, Mbakyu, dalem nyuwun priksa punapa ta sababipun panjenengan sekaliyan sanget-sanget nggatosaken dhateng dalem lan gendhuk Diani. Mugi panjenengan kepareng ngendika bares dhateng dalem.”


2.2  Aspek Leksikal

Kohesi leksikal adalah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis. Hubungan kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana. Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi (padan kata), (c) kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan atas-bawah), (e) antonimi (lawan kata), dan (f) ekuivalensi (kesepadanan).

a.   Repetisi (pengulangan)
            Repetisi atau pengulangan adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dibedakan lagi menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis (pengulangan satuan lingual yang penting beberapa kali secara berturut-turut), tautotes (pengulangan satuan lingual, sebuah kata, beberapa kali dalam sebuah konstruksi), anafora (pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya), epistrofora (pengulangan satuan lingual kata/frasa pada akhir baris dalam puisi atau akhir kalimat dalam prosa), sinekdoke (pengulangan satuan lingual pada awal dan akhir beberapa baris/kalimat berturut-turut), mesodiplosis (pengulangan satuan lingual di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut), epanalepsis (pengulangan satuan lingual yang kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu merupakan pengulangan kata/frasa pertama), dan anadiplosis (pengulangan kata/frasa terakhir dari baris/kalimat itu menjadi kata/frasa pertama pada baris/kalimat berikutnya).
            Dalam cerkak ini banyak sekali pengulangan kata maupun frasa. Contohnya yaitu:

(10)           …, Bu Diono lan Diani diarep-arep rawuh ing daleme Bu Adi ing kutha Ponorogo.
Bareng wis rawuh ing ndalem, Pak Adi sekaliyan lenggahan ana ing ruwang tamu, dene Ana-Ani padha resik-resik dalem ana mburi.

(11)           Dina, tanggal, sasi, la nana Panti bersalin Kutha Ponorogo.
Begitu pula dalam kalimat (11) terdapat pengulangan. Namun, disini hanya dituliskan contoh nya saja, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.
(12)           …bayi-bayi kuwi lan ibune, ana lindhu gedhe, nganti kabeh pasien sing lagi babaran lan bayi-bayine dening para perawat lan bidhan…

b.      Sinonimi
Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk sebuah benda atau hal yang sama; atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) sinonimi antar morfem (bebas) dengan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.
Suatu sinonimi juga beberapa digunakan dalam naskah ini. Seperti penggunaan kata putraku dan anakku yang mempunyai arti sama digunakan beberapa kali dalam cerkak ini.

c.       Antonimi (lawan kata)
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benada atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Berdasarkan sifat oposisi makan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak (contoh: hidup-mati), (2) oposisi kutub (contoh: kaya-miskin), (3) oposisi hubungan (contoh: bapak-ibu), (4) oposisi hirarkial (contoh: kilogram-ton), (5) oposisi majemuk (contoh: berdiri-jongkok-duduk-berbaring).
            Dalam cerkak ini terdapat antonimi yaitu bapak-ibu, sepuh-enem, mbakyu-adhi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.

d.      Kolokasi (sanding kata)

            Kolokasi adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan pendidikan akan digunakan kata-kata yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Misalnya kata sawah, petani, lahan, bibit padi, sistem pengolahan, panen, dan hasil panen akan sering dijumpai dalam jaringan pertanian.
            Cerkak ini memuat nada dasar tentang anak yang tertukar. Bentuk kolokasi yang muncul yaitu suatu kolokasi kaitannya dengan keluarga, seperti penggunaan kata perkawinan, suami,  isteri, anak, dan lain-lain.Sangat kental sekali memang kolokasi kata-kata yang berkaitan dengan keluarga yang terlihat sangat mendukung cerita yang dimunculkan oleh pengarang. Suatu bentuk kolokasi yang cukup tepat sesuai dengan tema cerita.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Sumarlam (ed). 2005. Analisis Wacana. Surakarta : UNS Press.
Aminuddin. 2002. Analisis Wacana Dari Linguistik Sampai Dekonstruksi. Yogyakarta: Kanal.
Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: FBS UNNES.
Pramono, Sidik. 2008. Aku Ora Mentala, Pak 2 dalam Panjebar Semangat Tanggal 15 November 2008 No.46.

Sabtu, 09 April 2011

PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA


Perkembangan merupakan pola-pola perubahan yang terjadi sepanjang hayat, yakni dimulai dari masa konsepsi dan berlangsung terus sampai dengan sepanjang hidup manusia. Perkembangan terjadi dalam berbagai ranah, seperti biologi (perubahan jasmani), sosial  (perubahan hubungan sosial), emosional (perubahan proses pengalaman dan pemahaman emosional), dan kognitif (perubahan proses kognitif). Anak-anak menggunakan kecakapan kognitif dan bahasanya untuk bernalar dan memecahkan masalah. Misalnya, belajar hubungan antara hal, atau mengklasifikasikan objek, merupakan kemampuan yang penting bagi perkembangan kognitif anak. Proses kognitif dalam mempelajari bagaimanakah buah apel dan jeruk itu sama adalah dimulai dari proses berpikir sederhana (kongkrit) dalam menggambarkan kedua buah tersebut.

A.    Perkembangan Kognitif
1.      Perkembangan Kognitif menurut pandangan Piaget
1.1  Konsep kunci
Piaget dalam pandangannya mengemukakan 4 konsep pokok perkembangan kognitif yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
·         Skema : menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui dan memahami objek.
Misalnya : anak memiliki skema mengenai jenis binatang, misalnya kambing. Apabila anak tersebut hanya memiliki pengalaman bahwa kambing itu kecil, maka dia akan menggeneralisasikan bahwa semua kambing itu binatang kecil. Namun seandainya anak itu menghadapi kambing yang besar, maka ia dapat memodifikasi skema yang telah dimilikinya, sehingga ia dapat mengatakan bahwa kambing itu ada yang besar dan ada yang kecil.
·         Asimilasi : proses memasukkan informasi ke dalam skema yang telah dimiliki.
·         Akomodasi : proses mengubah skema menjadi informasi baru.
·         Ekuilibrum : menjelaskan bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan berpikir ke tahapan berpindah berikutnya.
1.2  Tahap-tahap perkembangan kognitif
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget mencakup tahap : sensorimotorik, praoperasional, operasional.
1.      Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Piaget membagi tahap sensorimotorik menjadi sub-tahap sebagai berikut :
Sub-tahap
           Usia
               Deskripsi
Reflek sederhana
Lahir sampai 1 bulan
Koordinasi penginderaan dan tindakan melalui perilaku reflektif
Tahap reaksi sirkuler primer dan kebiasaan pertama
1-4 bulan
Koordinasi penginderaan dua jenis skema, yaitu : kebiasaan (refleksi) dan reaksi melingkar primer (reduksi peristiwa yang pada mulanya terjadi karena kebetulan). Fokus utamanya masih terdapat pada tubuh bayi.
Masa reaksi sirkuler sekunder
4-8 bulan
Perkembangan kebiasaan, bayi menjadi berorientasi pada objek, bergerak keluar dari kebiasaan yang mengasikan, dan mengulang-ulang kegiatan yang membawa hasil yang menarik dan menyenangkan.
Koordinasi tahap sirkuler sekunder
8-12 bulan
Koordinasi penglihatan dan sentuhan(koordinasi mata dengan kesengajaan dalam bertindak.
Reaksi sirkuler tertier, baru, dan ingin tahu
12-18 bulan
Bayi dibangkitkan minatnya oleh karakteristik objek dan oleh beberapa benda yang dapat dijadikan sebagai objek, dan mencoba perilaku baru.
Internalisasi skema
18-24 bulan
Bayi mengembangkan kemampuan menggunakan symbol primitive dan membentuk representasi mental yang abadi.

2.      Praoperasional (2-7 tahun)
Tahap pemikiran ini lebih bersifat simbolis, egoisentries dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu simbolik dan intuitif.
a.       Sub-tahap simbolis (2-4 tahun)
Pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunakan bahasa  mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme dan animisme.
b.      Sub-tahap intuitif (4-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional.
3.      Tahap Operasional (7-15 tahun)
a.       Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan mempunyai kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada namun belum bisa memecahkan masalah abstrak.
b.      Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Anak juga mampu berpikir spekulatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi, sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan cita-citanya.
1.3   Impikasi pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dimanfaatkan untuk dasar pertimbangan tatkala mengajar :
a.       Tatkala guru hendaknya menyadari bahwa siswa remaja yang belum dapat mencapai tahap berpikir operasional formal secara sempurna.
b.      Kondisi pembelajaran diciptakan dengan nuansa eksplorasi dan penemuan, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan minat belajarnya sesuai dengan kemampuan intelektualnya.
c.       Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya lebih banyak mengarahkan pada konstruktivisme.
d.      Setiap akhir pembelajaran dalam satu pokok bahasan, siswa diminta untuk membuat map mind
2.      Perkembangan Kognitif menurut pandangan Bruner
2.1  Konsep kunci
Jerome Bruner dalam menyusun teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal sebagai berikut :
a.       Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus. Anak yang pada mulanya berada dalam kendali stimulus.
b.      Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita, dan untuk memahami pengalaman yang ada di luar dirinya, anak memerlukan representasi mental tentang dunia di sekitarnya.
c.       Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan. Dalam hal ini menjelaskan adanya kesadaran diri.
d.      Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan kognitif.
e.       Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f.       Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada berbagai situasi tertentu.
2.2   Tahap-tahap perkembangan
Bruner memahami karakteristik perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu. Berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak dan pada akhirnya ia memiliki keyakinan bahwa ada tiga tahap perkembangan kognitif yang meliputi tahap enaktif, tahap ekonik, dan tahap simbolik.
·         Tahap enaktif.
Pada tahap ini anak memahamai lingkungannya. Misalnya tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda, namun pada tahap ini anak memahami objek sepeda berdasarkan pada apa yang dilakukannya, misalnya dengan memegang, menggerakkan, memukul, menyentuh dan sebagainya.
·         Tahap ikonik.
      Pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri.
·         Tahap simbolik.
Pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman perseptual sudah berkembang. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun gagasannya secara padat.   
2.3   Implikasi terhadap pembelajaran.
      Berikut disampaikan beberapa implikasi pembelajaran yang diperoleh dari temuan tentang perkembangan kognitif :
a.       Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa.
b.      Anak terutama pada pendidikan anak usia dini dan anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari.
c.       Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat dan mengembangkan pemahaman anak.
3.      Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky.
3.1  Pandangan tentang perkembangan kognitif
Ada tiga konsep yang dikembangkan dalam teori Vygotsky (Tappan, 1998) :
1.      Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental. Penggunaan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal-usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya.
2.      Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan menstraformasi aktifitas mental. Pemahaman terhadap fungsi-fungsi kognitif dengan cara memeriksa alat yang memperantarai dan membentuknya membuat Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting (Robbin, 2001). Vigotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal (early childhood), bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan problem.
3.      Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural ( Holland, dkk., 2001)
·         Zone of proximal developmental (ZPD) adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. ZPD menurut Vigotsky menunjukkan akan pentingnya pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak ( Hasse, 2001).
·         Scaffolding, erat kaitannya dengan ZPD, yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan. Selama sesi pengajaran, orang yang lebih ahli (guru atau siswa yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja siswa yang telah dicapai.
·         Bahasa dan Pemikiran. Vigotsky berkeyakinan bahwa anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk berkomunikasi saja, melainkan juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri.
3.2   Implikasi dalam pembelajaran
Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran adalah :
a.       Sebelum mengajar, seorang guru hendaknya dapat memahami ZPD siswa batas bawah sehingga bermanfaat untuk menyusun struktur materi pembelajaran. Implikasinya guru lebih akurat tatkala menyusun strategi mengajarnya, sehingga tidak melulu selalu memberikan bimbingan pada siswa.
b.      Untuk mengembangkan pembelajaran yang berkomunitas, seorang guru perlu memanfaatkan tutor sebaya di dalam kelas.
c.       Dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya menggunakan teknik scaffolding dengan tujuan siswa dapat belajar atas inisiatifnya sendiri sehingga mereka dapat mencapai keahlian batas atas ZPD. 
Kesimpulan
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf pusat susunan syaraf.
Ada 3 penjelasan mengenai perkembangan kognitif menurut para ahli, yang meliputi:
a.       Jean Piaget,
mengemukakan konsep pokok perkembangan kognitif yang meliputi Skema, Asimilasi, Akomodasi, dan Ekuilibrium.
b.      Jerome Bruner
Mengemukakan teori perkembangan kognitif meliputi 6 hal:
·     Perkembangan intelektual yang ditandai variasi respon terhadap stimulus.
·     Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual
·     Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan
·     Interaksi antara siswa dengan guru bagi perkembangan kognitif
·     Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif
·     Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan simultan
c.       Vygotsky
Ada 3 konsep yang dikemukakannya dalam teori ini, yaitu:
*  Keahlian kognitif dapat dipahami jika dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental
*  Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus
*  Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan sosiokultural
Sedangkan perkembangan bahasa sendiri diartikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyususn tata bahasa dan memilih ukuran penilaian secara tepat. Proses perkembangan bahasa dapat dijelaskan melalui 2 pendekatan, yaitu Navistik dan Empiristik.

DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i, Akhmad dan Catharina, Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Diana, S.Pd. 2009. Metode Perkembangan Kognitif dan Kreativitas. Semarang: UNNES.